Ramadhan tinggal sepertujuh bulan lagi. Aroma kue sudah merebak ke udara. Ilegal logging bambu spesies Talang dan Batuang pun merajalela untuk persiapan malamang. Supermarket-supermarket besar mulai banting harga gila-gilaan untuk meraup fulus dengan bungkus diskon lebaran. Lebaran membawa sejuta makna bagi kehidupan seorang muslim.
Hari ini sudah puasa hari ke-25. Prestasi ibadah yang seharusnya mendekati kemenangan, malah semakin melamban pertanda kalah. Bukan hendak riya dengan keburukan, namun itulah yang terjadi pada diri saya. Tarawehan dirasakan ibarat rutinitas penyembahan belaka. Walau tak pernah absen, namun memang terasa ada penurunan makna. Tilawah pun sepertinya tak akan khatam sampe juz 30. Ibadah lain masih biasa-biasa saja. Tak ada keluarbiasaan selain perkataan yang terkadang out of control. Ceplas-ceplos bagai menyiramkan air garam keatas luka terbuka akibat kekerasan tumpul.
Ramadhan memberikan kesempatan pada kita untuk beribadah dan beramal dengan sebaik-baik dan sebanyak-banyaknya. Awal Ramadhan, disaat euphoria menyambut Ramadhan sangat meletup-letup,maka melakukan semua amar makruf nahi mungkar terasa sangat menyenangkan bagai dilanda badai endorphin, namun seiring berlalunya waktu, semakin keujung semangat itu semakin menciut akibat meningkatnya bisikan setan. Ibarat ekor mencit percobaan rattus novergicus strain wistar, yang makin keujung makin mengecil, maka seperti itulah analoginya ramadhan saya kali ini dan banyak kali dimasa yang lampau.
I'tikaf sebagai bentuk tertinggi ritual ruhiyah seorang muslim saat ramadhan hampir menyentuh syawal, belum pernah saya ikuti. Dulu alasannya malas dan sibuk, hari ini pun jawaban yang sama masih saya jadikan alasan. Memang, untuk berbuat sebuah amal butuh niat yang kuat. Dan saya sangat sepakat dengan kata seorang sahabat, bahwa ada maksud-maksud tertentu seseorang untuk datang i'tikaf setelah era friendster, multiply, blog, wordpress, YM, twitter, facebook dan sejenis melanda. Dengan mudahnya seseorang bisa bercerita, chatting dan mengup date status tentang kegiatan i'tikafnya. saya kira, saya masih ingat ada status orang di fb yang berbunyi " siap-siap berangkat i'tikaf", atau "lagi i'tikaf neh"...atau "i'tikaf mode-on"....(padahal lagi apdeit status...). Saya bukan hendak menjudge, karena saya kira mereka punya alasan agung untuk memotivasi teman-teman maya, namun tetap didalam hati,.."who knows??, only God, angle and satan know it!
Adalah sesuatu bentuk kebebasan HAM dalam hal mengupdate status dan menebar pendapat. Tiada dosa pada status itu. Kalaupun harus berdosa, hanya terdapat pada niat kita masing-masing. Beda niat dengan perbuatan, maka beda pula malaikat yang mengupdate-kan status dicatatan amal kita sehari-hari.
Ramadhan hari ke-25 membuat saya tergugah. Saat semua teman-teman soleh saya akan terlepas dari belenggu hawa nafsu menuju kemenangan, saya malah masih belum memutuskan apa-apa. Sungguh kelalaian ini terjadi karena kekurangan diri. Kepada Allah saya bermohon keampunan. Semoga apa-apa yang saya lakukan selalu berproses menuju kemenangan tersebut.
Amin Yaa Robbal Alamin................................
hiks..hiks...samo wak....
BalasHapuswak samo-samo orang merugi...hiks sedih menulisnya, tapi hanya realistis dengan keadaan.........apalagi saya....
BalasHapus