Sabtu, 29 Oktober 2016

toksikologi forensik

Pemeriksaan Toksikologis Pada Kematian Diduga Akibat Racun
Taufik Hidayat*, Hendro Widagdo**
*PPDS 1 Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
**Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta


Pendahuluan

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari sumber, sifat, dan khasiat racun, gejala gejala dan pengobatan pada keracunan serta kelainan-kelainan yang didapatkan pada korban yang meninggal. Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan berupa sakit atau kematian. Sianida merupakan racun kuat yang mengganggu pernafasan intraseluler dan pada dosis lethal sangat cepat menyebabkan kematian. Pada dosis lethal arsen, kematian akut terjadi karena syok hipovolemik. Alkohol (etanol) merupakan zat yang sering disalahgunakan dan pada dosis lethal mengakibatkan depresi sistem saraf pusat sedangkan metanol merupakan jenis alkohol yang toksik yang mengakibatkan asidosis metabolik dan depresi sistem saraf pusat.

Ilustrasi kasus

Seorang laki-laki Mr.Y (50 tahun) ditemukan tak bernyawa oleh warga di pos ronda desa X pada tanggal 32 Desember 2015 sekitar pukul 23.30 WIB. Korban ditemukan dalam posisi tertelungkup dilantai dan terdapat beberapa luka lecet pada dahi dan dagu nya serta keluar cairan berwarna coklat dari kedua lobang hidung dan mulut. Disamping korban ditemukan sebuah botol minuman kosong. Penemuan jenazah kemudian dilaporkan ke kantor polisi dan polisi membawa jenazah ke Instalasi Kedokteran Forensik RSUP dr. Sardjito Yogyakarta untuk diautopsi. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan toksikologi untuk zat sianida, arsen, alkohol (etanol) dan metanol.

Tujuan pemeriksaan

Untuk menentukan sebab kematian pasti korban dengan melakukan pemeriksaan luar, dalam dan pemeriksaan penunjang, terutama pemeriksaan toksikologis untuk zat sianida, arsen, alkohol (etanol) dan metanol.

Pemeriksaan Luar, Dalam dan Patologi Anatomi

Pada pemeriksaan luar dan dalam ditemukan tanda-tanda asfiksia: sianosis pada bibir dan jaringan bawah kuku, bintik perdarahan dikelopak mata bagian dalam (Tardiu’s spot) dan permukaan dalam lambung serta pelebaran pembuluh darah belakang tulang dada dan permukaan otak. Pada permukaan dalam lambung ditemukan erosi. Pada pemeriksaan patologi anatomi lambung ditemukan erosi, ekstravasasi sel darah merah dan sebukan sel polimorfonuklear pada dinding dalam lambung


Prinsip penanganan sampel/bahan untuk pemeriksaan toksikologi

1. Melakukan  pemilihan dan pengambilan sampel yang dicurigai
2. Melakukan penyimpanan sampel yang ada dengan pengawet atau tanpa pengawet serta wadah yang sesuai
3. Melakukan pelabelan terhadap sampel yang diambil
4. Melakukan pemeriksaan di laboratorium

Jenis sampel / bahan pemeriksaan pada kasus ini

1. Darah sebanyak 5 cc dan disimpan dalam tabung dengan pengawet EDTA
2. Urin seluruhnya dan disimpan dalam pot urin tanpa pengawet
3. Hati 500 gram disimpan dalam wadah tanpa pengawet
4. Seluruh isi lambung disimpan dalam wadah tanpa pengawet

Pemeriksaan toksikologi pada kasus ini

1. Sianida
Pada kasus ini yang diambil adalah sampel: isi lambung, hepar, darah, urin. Pemeriksaan sianida yang dilakukan adalah dengan Metode Grignard (Kualitatif). Rekomendasi sampel untuk pemeriksaan sianida diambil dari darah, isi lambung, urin, muntahan dan limpa (mengandung banyak eritrosit). Jika inhalasi gas sianida, diambil paru-paru. Pemeriksaan kuantitatif kadar sianida dalam tubuh diperlukan untuk memastikan dosis sianida yang masuk ke dalam tubuh korban.
2. Arsen
Pada kasus ini sampel diambil dari isi lambung, darah, urin, hepar. Pemeriksaan arsen yang dilakukan adalah dengan Metode Sanger Black (Kualitatif). Pemeriksaan kuantitatif arsen diperlukan untuk mengkonfirmasi kadar arsen didalam tubuh.    
3.  Alkohol (etanol)
Diperiksa kandungan alkohol darah dan urin. Metode pemeriksaan alkohol: mikrodifusi Conway (semikuantitatif). Zat yang dibagian tengah cawan Conway dibandingkan warnanya dengan indikator. Ditemukan kadar alkohol darah ±30 mg/dl dan urin ±400 mg/dl. Alkohol sudah diekskresikan kedalam urin. Pemeriksaan alkohol bisa dilakukan dengan metode GC-MS.
4. Metanol
Diperiksa kandungan metanol dari sampel darah dan urin dengan metode kualitatif dan hasil negatif

Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan luar, dalam, dan penunjang patologi anatomi dan  toksikologis didapatkan sebab kematian korban yang sesuai dengan keracunan akut dengan mekanisme kematian asfiksia. Pemeriksaan toksikologis pada kasus ini hanya bisa mengkonfirmasi racun secara kualitatif pada sampel isi lambung korban yaitu sianida dan arsen. Pada dosis lethal, waktu yang dibutuhkan sianida untuk menyebabkan kematian lebih cepat dibandingkan arsen. Pada kasus ini perkiraan kadar alkohol didalam darah sebelumnya lebih tinggi dari 30mg%, karena kadar alkohol dalam urin 400mg%,yang berarti alkohol sudah mengalami metabolisme. Pada kasus kematian akibat racun disarankan untuk pemeriksaan jenis racun dari masing-masing sampel yang direkomendasikan dan dihitung dosis lethal racun dalam tubuh korban secara kuantitatif untuk memastikan sebab kematian korban.


Daftar Pustaka

1. Bernard Knight&Saukko, 2004. Knight’s Forensic Pathology
2. Arif Budiyanto,dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. FKUI
3. Darmono, 2008. Farmasi Forensik dan Toksikologi
4. Holstege, C et al., 2011. Criminal Poisoning: Clinical and Forensic Perspective
5. Rajesh Bardale, 2011. Principle in Forensic Medicine and Toxicology