Minggu, 05 September 2010

Ramadhan hari Ke-25

Ramadhan tinggal sepertujuh bulan lagi. Aroma kue sudah merebak ke udara. Ilegal logging bambu spesies Talang dan Batuang pun merajalela untuk persiapan malamang. Supermarket-supermarket besar mulai banting harga gila-gilaan  untuk meraup fulus dengan bungkus diskon lebaran. Lebaran membawa sejuta makna bagi kehidupan seorang muslim.

Hari ini sudah puasa hari ke-25. Prestasi ibadah yang seharusnya mendekati kemenangan, malah semakin melamban pertanda kalah. Bukan hendak riya dengan keburukan, namun itulah yang terjadi pada diri saya. Tarawehan dirasakan ibarat rutinitas penyembahan belaka. Walau tak pernah absen, namun memang terasa ada penurunan makna. Tilawah pun sepertinya tak akan khatam sampe juz 30. Ibadah lain masih biasa-biasa saja. Tak ada keluarbiasaan selain perkataan yang terkadang out of control. Ceplas-ceplos bagai menyiramkan air garam keatas luka terbuka akibat kekerasan tumpul.


Ramadhan memberikan kesempatan pada kita untuk beribadah dan beramal dengan sebaik-baik dan sebanyak-banyaknya. Awal Ramadhan, disaat euphoria menyambut Ramadhan sangat meletup-letup,maka melakukan semua amar makruf nahi mungkar terasa sangat menyenangkan bagai dilanda badai endorphin, namun seiring berlalunya waktu, semakin keujung semangat itu semakin menciut akibat meningkatnya bisikan setan. Ibarat ekor mencit percobaan rattus novergicus strain wistar, yang makin keujung makin mengecil, maka seperti itulah analoginya ramadhan saya kali ini dan banyak kali dimasa yang lampau.

I'tikaf sebagai bentuk tertinggi ritual ruhiyah seorang muslim saat ramadhan hampir menyentuh syawal,  belum pernah saya ikuti. Dulu alasannya malas dan sibuk, hari ini pun jawaban yang sama masih saya jadikan alasan. Memang, untuk berbuat sebuah amal butuh niat yang kuat. Dan saya sangat sepakat dengan kata seorang sahabat, bahwa ada maksud-maksud tertentu seseorang untuk datang i'tikaf setelah era friendster, multiply, blog, wordpress, YM, twitter, facebook dan sejenis melanda. Dengan mudahnya seseorang bisa bercerita, chatting dan mengup date status tentang kegiatan i'tikafnya. saya kira, saya masih ingat ada status orang di fb yang berbunyi " siap-siap berangkat i'tikaf", atau "lagi i'tikaf neh"...atau "i'tikaf mode-on"....(padahal lagi apdeit status...). Saya bukan hendak menjudge, karena saya kira mereka punya alasan agung untuk memotivasi teman-teman maya, namun tetap didalam hati,.."who knows??, only God, angle and satan know it!

Adalah sesuatu bentuk kebebasan HAM dalam hal mengupdate status dan menebar pendapat. Tiada dosa pada status itu. Kalaupun harus berdosa, hanya terdapat pada niat kita masing-masing. Beda niat dengan perbuatan, maka beda pula malaikat yang mengupdate-kan status dicatatan amal kita sehari-hari.

Ramadhan hari ke-25 membuat saya tergugah. Saat semua teman-teman soleh saya akan terlepas dari belenggu hawa nafsu  menuju kemenangan, saya malah masih belum memutuskan apa-apa. Sungguh kelalaian ini terjadi karena kekurangan diri. Kepada Allah saya bermohon keampunan. Semoga apa-apa yang saya lakukan selalu berproses menuju kemenangan tersebut.

Amin Yaa Robbal Alamin................................

Jumat, 03 September 2010

"4&6"




Tak pernah terpikirkan olehku ketika masih kuliah dahulu, bahwa Forensik akan menjadi bagian tak terpisahkan dari peruntungan karierku dimasa depan. Terkhusus Ilmu Kedokteran Forensik, karena Forensik itu sendiri terdiri dari berbagai disipilin ilmu yang tujuan sebenarnya adalah untuk mencari kebenaran hakiki dari sebuah tindak kriminal. Nah, jika dalam tindak kriminal tersebut menyangkut tubuh dan nyawa manusia, maka peranan Ilmu kedokteran Forensik sangat dibutuhkan, berhubung makhluk yang paling faham anatomi, fisiologi dan patologi tubuh manusia sejatinya adalah seorang dokter.

Ilmu Kedokteran Forensik dahulu kala juga disebut Ilmu Kedokteran Kehakiman, karena pelayanan Kedokteran Forensik bersifat untuk menegakkan hukum demi keadilan dan kesejahteraan korban. Dalam perkembangannya, Ilmu Kedokteran Forensik bercabang menjadi sub-sub, seperti patologi forensik (khusus mayat), forensik klinik (kasus visum korban hidup), forensik molekular (DNA), medikolegal (hukum kesehatan) daan lain-lain.

Mendengar nama forensik disebut, tentunya alam bawah sadar kita tereksitasi untuk bereaksi takut. Yang terbayang diingatan adalah seonggok mayat beranekarupa penampilan dengan bau yang menyengat sel-sel olfaktorius. Padahal, tidak hanya forensik ilmu kedokteran yang berhubungan dengan mayat. Ada anatomi dengan cadaver-nya dan ada patologi dengan mayat otopsi klinik-nya. Di luar negeri, ahli patologi-lah yang melakukan bedah mayat untuk kasus-kasus kematian wajar, sedangkan di Indonesia setahu saya, semua yang berhubungan dengan bedah mayat diurus oleh forensik, baik mati wajar maupun tidak wajar yang memang jatah forensik. Selain ilmu kedokteran, antropologi juga berhubungan dengan mayat manusia, bedanya, si antro ini mengurus mayat-mayat yang meninggal berabad silam, bukan saja untuk menemukan penyebab kematiannya (antropologi forensik), namun juga untuk mengetahui kebudayaan pendukung si mayat ketika masih menjadi manusia hidup.

Sewaktu menjalani coschap dibagian Forensik dulu, saya sama sekali tidak tertarik dengan Forensik sama seperti kebanyakan orang. Bagi saya, ilmu ini begitu horor dan terkesan tidak berkembang. Bayangkan, saat semua dokter klinisi mendiagnosis, mengobati dan memfollow-up-i pasien, dokter forensik harus berhubungan dengan mayat yang angker lagi bau, lalu berkutat dengan dengan segala kemungkinan untuk kemudian tak jarang harus bolak-balik ke pengadilan. Sungguh merepotkan. Begitu pula ketika semua dokter tersenyum menyambut reps yang datang menawarkan obat, dokter forensik malah harus tersenyum untuk menyambut kedatangan polisi.

Jika dokter klinisi pada umumnya hanya mempunyai pasien dari alam dunia,maka Forensik dan Obgyn memiliki pasien dari dua alam. Obgyn dengan alam rahim dan alam dunia, serta Forensik dengan alam dunia dan alam barzah. Pasien dari alam barzah dibangkit dari kuburnya sebelum sangkakala ditiup Israfil, karena urusannya didunia belum selesai. Nah berhubung simayat sudah tak bisa lagi dianamnesis, jadilah dokter forensik yang menjadi media perantara, ibarat dukun supranatural dirasuki roh gentayangan.

Sekarang, hari-hari saya lewati dengan bekerja dibagian Forensik dan Pemulasaraan jenazah. Kesan angker yang dahulu bergelayut dibenakku masih saja bergelayut disitu. Saya tetap deg-degan ketika saat pertama kali melihat ada mayat yang datang berkunjung, apalagi mayat yang memakai parfum harum semerbak dan tahan lama jika disentuh. Tips untuk menghilangkan kesensitifan terhadap bebauan alam barzah adalah dengan hiposensitisasi, yaitu membiasakan hidung tidak menggunakan masker ketika bekerja. Namun, dilapangan, itu tak banyak membantu, hanya niat dan keikhlasan saja yang mampu menyemangati pekerjaan terhadap mayat yang bukan bagian fardhu kifayah ini.....

Kamis, 02 September 2010

Derita Dua Anak Gadis

Dan anak gadis 8 tahun itu hanya bisa menerawang sambil sesekali memainkan ujung roknya yang berwarna biru.....


Kesucian adalah fitrah setiap diri manusia semenjak alveoli perdananya berkembang oleh pengaruh udara dari lingkungan eksternal. Dari uterus siapapun dia terpartus, baik dalam pasangan yang menikah, samen liven maupun ragu ayah, si neonatus tetaplah suci ibarat salju yang terhampar di antartika tak bertuan. Sekalipun orang tua mereka adalah animisme yang taat atau penyembah bulan, maka fitrah suci adalah sunatullah yang tak bisa ditawar-tawar. Kesucian adalah harga mati seorang wanita tatkala ia menerima pinangan seorang pemuda soleh.

Dan anak gadis 8 tahun itu hanya bisa menerawang sambil sesekali memainkan ujung roknya yang berwarna biru.....Matanya nanar mengikuti garis-garis lantai marmer yang diliputi debu. Satu detik sebelum nestapa itu, dia adalah gadis 8 tahun yang tidak hanya pandai   menerawang dan memainkan ujung roknya yang berwarna biru.

Ya, satu detik!

Satu detik yang begitu berharga bagi kebahagiaannya kelak. Satu detik yang membuat roknya yang berwarna biru berbercak kelabu oleh setetes noda yang belum pernah ia kenal.

Dan anak gadis 8 tahun itu menjajari anak gadis 10 tahun yang berdiri disampingnya, mereka berdua hanya bisa menerawang sambil sesekali memainkan jemari mungil mereka diatas duka yang belum mereka pahami.

Anak gadis 8 tahun itu menoleh pada anak gadis 10 tahun, yang ternyata adalah kakaknya dalam bahasa kanak-kanak sederhana tanpa manzahirkan luka yang sejatinya akan menemani sepanjang usia mereka.

Ada apa?? Mereka sama sekali tidak faham akan aib yang telah dicorengkan oleh ayah kandung kepada harga diri mereka.

Sekali lagi ada apa??, mereka-pun bertanya ketika sang ibunda luruh dalam linangan duka lara. Kejadian jahanannam itu telah berlalu, noda itu pun telah mengering meninggalkan jejas yang mampu berbicara. Ayah, yang kata bait-bait indah milik Ebiet G Ade adalah seseorang yang sangat pantas untuk dititipkan selaksa kerinduan, mungkin tak kan pernah terpatri dalam sanubari kedua gadis belia ini. Ayah yang katanya pekerja keras untuk keluarga, nyatanya bekerja keras untuk menggagahi mereka berdua........Cucuran keringat sang ayah yang seharusnya bisa mengenyangkan perut mereka, berbalik menjadi cucuran keringat yang menghempaskan hari-hari mereka dan mengkandaskan masa depan mereka yang masih panjang.


Dan anak gadis 8 tahun dan 10 tahun itu sama-sama menyeka ingus yang mencoreng wajah polos mereka. Disaat yang sama, aku berpikir, ternyata jadi anak gadis itu tidak segampang menjadi anak laki-laki. Begitu banyak yang harus dijaga dan menjaga mereka. Dan tak kuasa, aku terhanyut dalam buaian perasaan yang berkecamuk., akan tetapi......


Anak gadis 8 tahun itu kembali menoleh pada anak gadis 10 tahun, yang ternyata adalah kakaknya dalam bahasa kanak-kanak sederhana tanpa manzahirkan luka yang sejatinya akan menemani sepanjang usia mereka.

 Anak adalah titipan Allah SWT untuk dididik mengenal Rabbnya. Ayah adalah pemimpin dalam keluarganya, pemimpin yang senantiasa menjaga dan membimbing titipan Allah SWT. Sungguh, azab neraka begitu dekat bagi Ayah yang zholim. Laknat Allah dan semesta alam baginya.

 *Ya, Allah, mudah-mudahan, saya akan menjadi seorang ayah yang bertanggungjawab akan semua amanahMu, suatu hari kelak. Amin.